16 Mei 2013

Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran secara spesifik.
Penguasaan model pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif , menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19)

àBerikut ini Model-model Pembelajaran yang saya pahami:

1.      Koperatif (CL, Cooperative Learning).
kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu antara anggota satu dengan anggota yang lain.
dan hidup bermasyarakat, belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

2.      Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
pembelajaran yang dimulai dengan tanya jawab lisan yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa.
Ada tujuh evaluasi pembelajaran kontekstual:
-          pemusatan perhatian dan motivasi
-          membimbing, menuntun dan mengarahkan
-          seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual
-          identifikasi, investigasi
-          membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan.
-          rangkuman, tindak lanjut
-          penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa dll

3.      Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
mengkontruksi konsep-aturan melalui Program Matematika yang berkaitan dengan angka, pengukuran, dan hitungan.

4.      Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
bersifat informasi yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung.

5.      Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada pengalaman indah siwa untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.

6.      Problem Solving
masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving sendiri yaitu mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola dan aturan). siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
7.      Problem Posing
yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami.
8.      Problem Terbuka (OE, Open Ended)
artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara dan solusinya juga bisa beragam. pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

9.      Probing-prompting
pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

10.  Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif).
11.  Reciprocal Learning
dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri.
12.  SAVI
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.
13.  TGT (Teams Games Tournament)
dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a.       Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan
b.      Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah.
c.       pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit).
d.      Pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama
e.       Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
14.  VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya.
15.  AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16.  TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.
17.  STAD (Student Teams Achievement Division)
adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
18.  NHT (Numbered Head Together)
adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
19.  Jigsaw
pembelajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi
20.  TPS (Think Pairs Share)
pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
21.  GI (Group Investigation)
Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasil investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
22.  MEA (Means-Ends Analysis)
pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas, pilih strategi solusi.
23.  CPS (Creative Problem Solving)
Merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.

24.  TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
25.  TS-TS (Two Stay – Two Stray)
adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.
26.  CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.
27.  SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat.
28. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.
29. MID (Meaningful Instructionnal Design)
adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis.
30. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.

            Note: Kurang lebih ada 65 Model Pembelajaran yang saya dapatkan, hanya saja saya baru sedikit mengerti dengan 30 model pembelajaran tersebut.

TEKNOLOGI INFORMASI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING


TINJAUAN TEORETIS
A.Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan pemrosesan tertentu (Haag dan Keen, 1996).
Teknologi informasi tidak hanya sebatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Martin, 1999).
Teknologi informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video (Williams dan Sawyer, 2003). Dari ketiga pengertian di atas, maka pengertian teknologi informasi dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah gabungan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh individu (brainware).
B.Penggunaan Teknologi Informasi dalam BK
Penggunaan teknologi informasi khususnya komputer kini sudah menjadi mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah, mulai sekolah dasar hingga ke sekolah lanjutan atas dan sekolah kejuruan bahkan Perguruan Tinggi. Namun demikian yang paling besar pengaruhnya adalah di Perguruan Tinggi, di mana hampir semua perguruan tinggi di Indonesia sudah memanfaatkan teknologi ini dalam perkuliahannya, baik melalui tatap muka maupun secara online. Sebagai contoh seorang dosen dalam menyampaikan materinya tidak hanya mengandalkan media konvensional saja, melainkan sudah menggunakan unsur teknologi di dalamnya. Biasanya seorang dosen atau guru di PT tertentu dalam menyampaikan materi kuliah ditampilkan dalam bentuk slide presentasi dengan bantuan komputer. Dengan teknologi ini mahasiswa atau siswa bisa mengikuti mata kuliah dengan baik, karena materi yang disampaikan selain mengandung materi yang berbobot juga mengandung unsur multimedia yang bisa menghibur. Di mana dengan bantuan komputer yang dihubungkan dengan multimedia projector seorang dosen tidak perlu menekan tombol keyboard atau papan ketik melainkan cukup menekan remote control yang dipegangnya.
C.Komponen Sistem Teknologi Informasi
Sistem Teknologi Informasi adalah sistem yang terbentuk sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi. Komponen utama Sistem Teknologi Informasi yaitu;
1. Hardware (perangkat keras),
2. Software (perangkat lunak),
3. Brainware (orang yang membuat, menggunakan dan memelihara sistem).

D. Klasifikasi Sistem Teknologi Informasi
Klasifikasi Menurut Cara Melayani Permintaan, pada lingkungan yang memiliki sejumlah komputer yang saling berhubungan, dikenal dengan istilah client/server. Server adalah komputer/software yang bertugas melayani permintaan komputer yang berkedudukan sebagai client. Contoh: web server. Client adalah komputer yang memanfaatkan layanan yang disediakan server. Kerena BK adalah bagian dari pendidikan, maka contoh TI dalam BK sama dengan contoh TI dalam pendidikan yaitu pengajaran berbabis multimedia, edutainment, e-Learning, dll, yang disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan sesuai dengan kode etik yang berlaku.
Secara lebih teknis Hines, 2003 juga menawarkan keahlian yang perlu dikuasi oleh seorang calon konselor sekolah yang berkaitan dengan kompetensi teknologi informasi, yaitu :
1.Word Processing / Publication Desktop untuk menciptakan dokumen layout menarik
2. Menciptakan laporan berkala visual menarik, efektif menggunakan grafik, informasi dan menari
3.Database (dokumentasi siswa) dan spreedsheet (tabel dan grafik)
4.Presentasi multimedia
5.Sumber daya elektronik dan internet:
a.Membuat, mengirim, menerima email
b.Daftar, mengambil bagian  dalam diskusi elektronik (milis atau mailinglist)
c.Mencari, menyaring informasi di internet
d.Mampu menggunakan search engine
e.Mampu ngobrol (chatting)
Meskipun banyak tawaran terhadap penyiapan penguasaan teknologi informasi bagi calon konselor, perlu diingat bahwa komputer dan internet dalam hal ini hanya merupakan alat atau sarana, Menjadi menarik apa yang dikatakan oleh Soemantri (2006) bahwa meskipun banyak manfaat yang dapat diambil dari komputer dan internet, mahasiswa calon konselor  perlu diarahkan untuk memahami proses atau cara berfikir untuk bekerja menggunakan komputer secara maksimal.
Bertolak dari pemahaman bahwa komputer merupakan alat bantu untuk mempresentasikan informasi, Triyanto (2006) mengajukan tahapan yang perlu ditempuh dalam penyiapan penguasaan calon konselor terhadap teknologi informasi ini, yaitu : pertama, mengajak mahasiswa untuk memahami pengoperasian komputer, disini diperkenalkan konsep komputer mulai dari istilah, perintah, cara kerja dan konfigurasi yang digunakan. Kedua, mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk bekerja dan menganalisa masalah menggunakan komputer. Konsep-konsep seperti basis data (database), aplikasi tabel (spreadsheet),  untuk memecahkan masalah mulai diperkenalkan. Ketiga, dikenalkan konsep bermasyarakat dengan komputer. Konsep-konsep berdiskusi secara elektronik, tata cara yang digunakan, serta kemungkinan kerjasama secara elektronik.

ANALISIS
A.Analisis Teoretis
Sebagai salah satu profesi yang memberikan layanan sosial atau layanan kemanusiaan maka secara sadar atau tidak keberadaan profesi bimbingan konseling berhadapan dengan perubahan realitas baik yang menyangkut perubahan-perubahan pemikiran, persepsi, demikian juga nilai-nilai. Perubahan yang terus menerus terjadi dalam kehidupan, mendorong konselor perlu mengembangkan awareness, pemahaman, dan penerapannya dalam perilaku serta keinginan untuk belajar, dengan diikuti kemampuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan yang serupa.
Konselor akan menjadi agen perubahan serta pembelajar yang bersifat kontinyu. Layanan Bimbingan dan Konseling menjadi sangat penting karena langsung berhubungan langsung dengan siswa. Hubungan ini tentunya akan semakin berkembang pada hubungan siswa dengan siswa lain, guru dan karyawan, orang tua / keluarga, dan teman-teman lain di rumah. Selanjutnya bagaimana pengaruhnya dengan pembelajarannya di sekolah, sosialisasi dengan teman, saudara baik di sekolah dan di rumah. Dan tentu saja dengan prestasinya di bidang akademik dan non akademik.
Berarti layanan bimbingan dan konseling harus didukung sistem yang baik sehingga Layanan ini bisa dilaksanakan dengan lebih komprehensif. Dukungan layanan ini dapat diperoleh dari tersedianya data yang akurat yang sepertinya untuk saat ini sangat tepat apabila data tersebut didapatkan dari system komputerisasi. Agar bisa bertahan dan diterima oleh masyarakat, maka bimbingan dan konseling harus dapat disajikan dalam bentuk yang efisien dan efektif yatiu dengan menggunakan ICT atau dengan kata lain harus melibatkan teknologi informasi, khususnya teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling.
Dunia teknologi telah merajai dunia, siapa yang menguasai teknologi maka ia menguasai dunia. Nampaknya juga BK harus mensinergiskan dengan teknologi yang sedang berkembang. Pesatnya komputer dan penyebarannya ternyata tidak berbanding lurus dengan perkembangan dunia konseling. Berbagai masalah dan tantangan dalam menggunakan ICT dalam dunia konseling dapat dikemukakan oleh pendapatnya Rahardjo (2000), Hardhono (2002) dalam (Nurhudaya : 2005) antara lain :
1. Keragamaan teknologi
2. Kurang mampu membeli ICT
3. Kurang kesadaran akan ketepatan penggunaan ICT
4. Informasi yang kurang komperhensif
5. Terlalu terikat dengan menu pokok
6. Keamanan
7. Kolaborasi.
Kompetensi yang dimiliki konselor sekolah dalam menghadapi dunia teknologi nampaknya masih jauh. Hal ini dapat berakibat menjadi kultur shock antara teknologi dan kemapuan teknologi. Oleh karenanya konselor harus memiliki skill yang siap menghadapi konseli di dunia ICT ini.
Salah satu imbas teknologi informasi dalam BK diantaranya pada penyelenggaraan dukungan sistem. Dukungan sistem dapat berupa sarana-prasarana, sistem pendidikan, sistem pengajaran, visi-misi sekolah dan lain sebagainya. Berbicara sarana-prasarana, memasuki dunia globalisasi dengan pesatnya teknologi dan luasnya informasi menuntut dunia konseling untuk menyesuaikan dengan lingkungannya agar memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
Oleh karenanya sekarang ini sedang berkembang apa yang dinamakan cyber-counseling. Pada hakikatnya penggunaan cyber-counseling merupakan salah satu pemanfaatan IT dalam dunia bimbingan dan konseling.
Strategi layanan konseling yang harus diperhatikan dalam pelayanan konseling pada era globalisasi yaitu penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan pendekatan lintas budaya. Berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) perlu dikolaborasikan dengan bimbingan dan konseling.
Penggunaan ICT dalam konseling mengarah pada pengembangan media konseling. Selain dapat dilakukan melalui tatap muka, konseling dapat dilakukan secara jarak jauh. Beberapa diantaranya sebagai berikut.
1. Konseling melalui telepon
2. Konseling melalui video-phone
3. Konseling melalui radio atau televise
4. Konseling berbantuan computer
5. Konseling melalui internet
6. Konseling melalui surat magnetik (disket ke disket)
Hines (2002) mengemukakan beberapa kompetensi yang harus dimiliki konselor berkenaan dengan ICT yaitu hendaknya konselor (Nurhudaya : 2005):
1. Menjadi konsumen ICT yang faham dan terampil
2. Familiar akan kecenderungan penggunaan ICT dalam bidang pendidikan
3. Dapat menggunakan berbagai sumber teknologi.
4. Mampu mengembangkan rencana penggunaan teknologi untuk pelayanan BK
5. Dapat mendesain, menciptakan dan mengevaluasi suatu program interaktif.
6. Memahami implikasi legal dan etis dari penggunaan teknologi.
7. Mampu menggunakan teknologi secara efektif guna mengelola data siswa
8. Mampu menggunakan teknologi sebagai alat
Salah satu kendala lainnya berkaitan dengan penerapan sistem teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling adalah masalah aksesibilitas, baik fisik maupun kemampuan dalam memanfaatkan dan menggunakan TI untuk bimbingan dan konseling.
B.Analisis Praktis
Tidak dapat disangkal bahwa saat ini kita hidup dalam dunia teknologi. Hampir seluruh sisi kehidupan kita bergantung pada kecanggihan teknologi, terutama teknologi komunikasi. Bahkan, menurut Pelling (2002) ketergantungan kepada teknologi ini tidak saja di kantor, tetapi sampai di rumah-rumah. Konseling sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan ini dapat ditemukan pada bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau bagaimana media teknologi bersinggungan dengan konseling. TI dalam konseling antara lain adalah komputer dan perangkat audio visual.
Manfaat TI dalam BK
Komputer merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan oleh konselor dalam proses konseling. Pelling (2002) menyatakan bahwa penggunaan komputer (internet) dapat dipergunakan untuk membantu siswa dalam proses pilihan karir sampai pada tahap pengambilan keputusan pilihan karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan membuka internet, maka siswa akan dapat melihat banyak informasi atau data yang dibutuhkan untuk menentukan pilihan studi lanjut atau pilihan karirnya.
Manfaat penggunaan komputer (internet) adalah:
1.Pemanfaatan internet untuk survei, studi eksplorasi, mencari data, informasi atau dokumen elektronik yang berharga, dll.
2.Pemakaian email dan messaging dengan memperhatikan etika.
3. Publikasi pengumuman, makalah, materi ajar, program aplikasi gratis, data, dll. Yang dinilai bermanfaat bagi masyarakat luas pada situs web (website).
4.Penyelenggaraan kompetisi ilmiah, seni, ketangkasan secara on line yang bernilai positif bagi masyarakat luas.
Data-data yang didapat melalui internet, dapat dianggap sebagai data yang dapat dipertanggungjawabkan dan masuk akal (Pearson, dalam Pelling 2002; Hohenshill, 2000). Data atau informasi yang didapat melalui internet adalah data-data yang sudah memiliki tingkat validitas tinggi. Hal ini sangat beralasan, karena data yang ada di internet dapat dibaca oleh semua orang di muka bumi. Sehingga kecil kemungkinan jika data yang dimasukkan berupa data-data sampah. Sebagai contoh, saat ini dapat kita lihat di internet tentang profil sebuah perguruan tinggi. Bahkan, informasi yang didapat tidak sebatas pada perguruan tinggi saja, tetapi bisa sampai masing-masing program studi dan bahkan sampai pada kurikulum yang dipergunakan oleh masing-masing program studi. Data-data yang didapat oleh siswa pada akhirnya menjadi suatu dasar pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan konselor sekolah dalam hal ini sangat diperlukan.
Sampsons (2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di internet dapat dapat dipergunakan untuk melakukan testing bagi siswa. Tentu saja hal ini harus didasari pada kebutuhan siswa. Penggunaan komputer di kelas sebagai media bimbingan dan konseling akan memiliki beberapa keuntungan seperti yang dinyatakan oleh Baggerly sebagai berikut:
1. Akan meningkatkan kreativitas, meningkatkan keingintahuan dan memberikan variasi pengajaran, sehingga kelas akan menjadi lebih menarik;
2. Akan meningkatkan kunjungan ke web site, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan siswa;
3. Konselor akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi yang diberikan;
4. Akan memunculkan respon yang positif terhadap penggunaan email;
5. Tidak akan menimbulkan kebosanan;
6. Dapat ditemukan silabus, kurikulum dan lain sebagainya melalui website; dan
7. Terdapat pengaturan yang baik
Selain penggunaan internet seperti yang telah diuraikan di atas, dapat dipergunakan pula software seperti microsoft power point. Software ini dapat membantu konselor dalam menyambaikan bahan bimbingan secara lebih interaktif. Konselor dituntut untuk dapat menyajikan bahan layanan dengan mempergunakan imajinasinya agar bahan layanannya tidak membosankan.
Program software power point memberikan kesempatan bagi konselor untuk memberikan sentuhan-sentuhan seni dalam bahan layanan informasi. Melalui program ini, yang ditayangkan tidak saja berupa tulisan-tulisan yang mungkin sangat membosankan, tetapi dapat juga ditampilkan gambar-gambar dan suara-suara yang menarik yang tersedia dalam program power point. Melalui fasilitas ini, konselor dapat pula memasukkan gambar-gambar di luar fasilitas power point, sehingga sasaran yang akan dicapai menjadi lebih optimal.
Gambar-gambar yang disajikan melalui program power point tidak statis seperti yang terdapat pada Over Head Projector (OHP). Konselor dapat memasukkan gambar-gambar yang bergerak, bahkan konselor bisa melakukan insert gambar-gambar yang ada di sebuah film.
Media lain yang dapat dipergunakan dalam proses bimbingan dan konseling di kelas antara lain adalah VCD/DVD player. Peralatan ini seringkali dipergunakan oleh konselor untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu. Perilaku-perilaku yang tampak pada tayangan tersebut dipergunakan oleh konselor untuk merubah perilaku klien yang tidak diinginkan (Alssid & Hitchinson, 1977; Ivey, 1971, dalam Baggerly 2002). Dalam proses pendidikan konselor pun, penggunaan video modeling ini juga dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan dan prinsip konseling yang akan dikembangkan bagi calon konselor (Koch & Dollarhide, 2000, dalam Baggerly, 2002).
Sebelum VCD/DVD player ini ditayangkan, seorang konselor sebaiknya memberikan arahan terlebih dahulu kepada siswa tentang alasan ditayangkannya sebuah film. Hal ini sangat penting, sebab dengan memiliki gambaran dan tujuan film tersebut ditayangkan, maka siswa akan memiliki kerangka berpikir yang sama. Setelah film selesai ditayangkan, maka konselor meminta siswa untuk memberikan tanggapan terhadap apa yang telah mereka lihat. Tanggapan-tanggapan ini pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana klien berpikir dan bersikap, yang kemudian diharapkan akan dapat merubah perilaku klien atau siswa.
Media E-learning, adalah metode belajar mengajar baru yang menggunakan media jaringan komputer dan Internet, tersampaikannya bahan ajar (konten) melalui media elektronik, otomatis bentuk bahan ajar juga dalam bentuk elektronik (digital), dan adanya sistem dan aplikasi elektronik yang mendukung proses belajar mengajar.
Manfaat dari E-learning adalah:
1.Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
2.Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (interactivity enhancement).
3.Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global audience).
4.Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Kerugian TI dalam BK
Pelling (2002) menyatakan bahwa, walaupun saat ini masyarakat sangat tergantung pada teknologi, tetapi di lain pihak, masih banyak diantara kita yang mengalami ketakutan untuk mempergunakan teknologi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat kita masih percaya bahwa pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh orang tua atau orang yang dituakan masih dianggap lebih baik. Hal ini tidak lepas dari budaya paternalistik yang melingkupi masyarakat kita.
Sebaik apapun teknologi yang berkembang, tetapi jika pola pikir masyarakat masih terkungkung dengan nilai-nilai yang diyakini benar, maka data atau informasi yang didapat seakan-akan menjadi tidak berguna. Sebagai contoh, seorang siswa akan memilih jurusan di perguruan tinggi. Mungkin mereka akan mencari informasi sebanyak mungkin, dan konselor akan memfasilitasi keinginan mereka. Tetapi, pada saat mereka dihadapkan untuk menentukan dan memilih jurusan yang akan diambil, maka tidak jarang dari mereka akan berkata, “Saya senang dengan jurusan A, tetapi nanti tergantung pada orang tua saya”. Contoh lain, saat ini perkembangan teknologi sudah berkembang dengan demikian pesat. Tiap manusia dapat berkomunikasi tanpa dibatasi rentang ruang dan waktu. Tetapi dalam budaya tertentu, alat komunikasi ini bisa menjadi “tidak bermanfaat”. Restu orang tua merupakan hal yang dianggap sakral oleh sebagian budaya tertentu, bahkan meminta restu ini akan lebih afdol jika dilakukan dengan melakukan sungkem. Untuk menunjukkan perilaku ini, maka seringkali mereka melupakan kecanggihan piranti komunikasi yang sudah canggih, walau jarak yang ditempuh untuk mendatangi orang tua relatif jauh.
Hal lain yang terkait dengan penggunaan media dalam bimbingan dan konseling adalah sasaran pengguna seringkali disamakan. Walaupun ragam media sudah bermacam-macam, tetapi media ini seringkali masih belum bisa menyentuh sisi afektif seseorang. Dalam bimbingan dan konseling dikenal istilah empati. Penggunaan media, seringkali pula akan “menghilangkan” empati konselor, jika konselor mempergunakan media sebagai alat bantu utama.
Klien datang ke ruang konseling tidak selalu membutuhkan informasi dari internet atau komputer, bahkan ada kemungkinan klien atau siswa datang ke ruang konseling juga tidak membutuhkan bantuan dari konselor secara langsung melalui proses konseling. Tetapi adakalanya, siswa atau klien datang ke ruang konseling hanya ingin mendapatkan senyuman dari konselor atau penerimaan tanpa syarat dari konselor.
Sebagai benda mati, peralatan teknologi yang ada saat ini hanya bisa bermanfaat jika dimanfaatkan oleh mereka yang memahami penggunaan masing-masing alat tersebut. Artinya penggunaan teknologi ini akan memunculkan efek yang baik jika dijalankan oleh mereka yang paham peralatan tersebut. Sebaliknya, peralatan ini akan memberikan dampak negatif jika pelaksananya tidak memahami dampak yang akan ditimbulkan. Banyak contoh kasus dampak negatif penyalahgunaan teknologi informasi seperti beredarnya rekaman video porno di ponsel, beredarnya video porno bajakan yang dilakukan oleh anak negeri dan lain sebagainya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan TI yang negatif adalah:
• Memberikan account pribadi kepada orang lain dengan tujuan agar orang tersebut dapat membantu mengerjakan tugas-tugas kuliah yang seharusnya dikerjakan sendiri.
• Men- download data berukuran sangat besar (misalnya video) yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan materi pembelajaran, sehingga “memadati” lalu-lintas jaringan dan mengganggu pengguna jaringan yang lain.
• Bermain online game (via internet) yang tidak ada kaintannya dengan materi atau kegiatan pembelajaran.
• Mengakses (men- download) maupun mempublikasikan tulisan, gambar, suara, video, dll. yang asusila (porno) atau tidak etis.
• Mempublikasikan hasil karya orang lain dengan melanggar hak cipta.


BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Sistem teknologi informasi saat ini telah berkembang dengan sangat pesat sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi tersebut, manusia dengan mudah dapat mengakses informasi dari belahan dunia manapun dengan sangat cepat sehingga kebutuhan manusiapun menjadi semakin cepat terpenuhi.
Kemajuan teknologi informasi tersebut juga sangat bermanfaat dalam bidang pendidikan. Bimbingan dan konseling sebagai salah satu aspek dalam pendidikan juga merasakan manfaat dari kemajuan teknologi informasi tersebut. Aplikasi yang sangat nyata adalah proses layanan bimbingan dan konseling sudah tidak harus dengan bertatap muka, melainkan bisa dengan menggunakan media informasi baik itu telepon maupun internet, tetapi semua itu bukan tanpa masalah. Banyak sekali hambatan yang menjadi duri bagi kemajuan dunia bimbingan dan konseling. Salah satunya adalah sumber daya manusianya yang belum bisa memanfaatkan dengan baik kemajuan teknologi informasi tersebut sehingga perlu sosialisasi kepada konselor maupun kepada konseli agar kedua belah pihak bisa sama-sama memanfaatkan media teknologi informasi yang sudah maju.
B.Rekomendasi
Kemajuan teknologi informasi tidak selamanya berdampak baik bagi individu. Dalam proses bimbingan dan konseling masih banyak yang belum mengetahui pemanfaatan media teknologi informasi untuk menunjang layanan bimbingan dan konseling. Konselor sekolah tidak semuanya mengerti atau paham tentang pengguanaan internet. Padahal internet merupakan media yang sangat efektif dalam proses layanan bimbingan dan konseling. Untuk itu, perlu adanya suatu sosialisasi untuk meningkatkan kinerja konselor di sekolah dalam hal memanfaatkan kemajuan teknologi informasi agar nantinya bidang bimbingan dan konseling tidak lagi menjadi bidang layanan yang membosankan dan menjenuhkan. Tidak hanya konselor yang perlu diberikan sosialisasi. Para konseli yang dalam hal ini adalah siswa juga perku diberikan suatu sosialisasi agar kemajuan teknologi informasi tersebut bisa dimanfaatkan sesuai apa yang diharapkan. Dengan kata lain, teknologi informasi tersebut tidak disalahgunakan untuk hal yang negatif.
Jika konselor dan konseli sudah paham akan manfaat dan pentingnya teknologi informasi dalam menunjang proses layanan bimbingan dan konseling, maka ke depannya bimbingan dan konseling akan menjadi suatu bidang pendidikan yang inovatif dan efisien berkat kemajuan teknologi informasi namun tetap tidak menghilangkan esensi dari layanan bimbingan dan konseling itu sendiri.
Diposkan oleh cahberawit

Makalah Psikoanalisa



KATA PENGANTAR
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, meminta ampunan dari-Nya dan meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan diri kita serta keburukan amal perbuatan kita. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena hidayah-Nya pula, Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pendekatan Konseling Psikoanalisa (PA)” ini sebagai tugas dari mata kuliah Model-model konseling 1 tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Rela Amalia selaku dosen pengampu mata kuliah Model-model konseling 1 yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan; rekan-rekan, serta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Akhirnya kami mohon kritik dan saran untuk lebih sempurnanya makalah ini. Selanjutnya kami berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang membutuhkannya. Amin…















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Sigmund Freud merupakan orang Jerman keturunan Yahudi lahir 6 Mei 1856 di Freiberg dan meninggal di London 23 September 1939. Psikoanalisis mulai diperkenalkan oleh Freud pada buku pertamanya yaitu penafsiran atas mimpi (Dream Interpretation) pada tahun 1900.
Istilah psikoanalisa mula-mula hanya digunakan pada hal-hal yang berhubungan dengan Freud saja, sehingga psikoanalisis dan psikoanalisis freud memiliki arti yang sama. Hal ini disebabkan karena murid-murid freud yang mengembangkan teori psikoanalisis baik yang sejalan maupun tidak, pada umumnya menggunakan istilah atau menggunakan nama yang berbeda untuk menunjukkan identitas ajaran mereka. Seperti Carl Gustav Jung dan Alfred Adler yang menciptakan psikologi analitis (analytical psychology) dan psikologi individual (individual psychology). Namun sejak psikoanalisis menjadi mode yang tersebar luas, istilah psikoanalisis banyak digunakan tidak saja pada hal-hal yang bersangkutan dengan Freud. Sampai akhir abad ke-19, ilmu kedokteran berpendapat bahwa semua gangguan psikis berasal dari salah satu kerusakan organis dalam otak. Belum banyak iluan yang meneliti area afektif yang menyebabkan gangguan psikis. Psikoanalisis merupakan salah satu factor yang memberikan pengaruh dalam mengubah pendapat tentang penyebab gangguan psikis.
            Psikoanalisa juga merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud. Konsep Freud  yang Anti rasionalisme mendasari tindakannya dengan motivasi yang tidak sadar, konflik dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif, sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial dan destruktif terhadap dirinyadan orang lain. Libido mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan, libido terbagi menjadi 2, yaitu eros sebagai dorongan untuk hidup dan thanatos sebagai dorongan untuk mati.









B.     Rumusan Masalah
1)      Landasan Historis / Konsep Dasar Psikoanalisa
2)      Hakekat Manusia
3)      Hakekat Konseling
4)      Tujuan Konseling
5)      Karakteristik
6)      Peran dan Fungsi Konselor
7)      Hubungan Konselor dengan Klien
8)      Tahap Konseling
9)      Teknik Konseling
10)  Kelebihan dan Keterbatasan

C.    Tujuan Penulisan
1)      Mengetahui Landasan Historis / Konsep Dasar Psikoanalisa
2)      Mengetahui Hakekat Manusia dalam Pendekatan Konseling Psikoanalisa
3)      Mengetahui Hakekat Konseling dalam Pendekatan Konseling Psikoanalisa
4)      Mengetahui Tujuan Konseling Pendekatan Konseling Psikoanalisa
5)      Mengetahui Karakteristik Pendekatan Konseling Psikoanalisa
6)      Mengetahui Peran dan Fungsi Konselor dalam Pendekatan Konseling Psikoanalisa
7)      Mengetahui Hubungan Konselor dengan Klien dalam Pendekatan Konseling Psikoanalisa
8)      Mengetahui Tahap Konseling Psikoanalisa
9)      Mengetahui Teknik Konseling Psikoanalisa
10)  Mengetahui Kelebihan dan Keterbatasan Pendekatan Konseling Psikoanalisa










BAB II
PEMBAHASAN
1)      Landasan Historis / Konsep Dasar
Psikoanalisa merupakan suatu system psikologi Sebagai suatu system psikologi, psikoanalisa merupakan sistem yang paling lengkap yang tersedia. Psikoanalisa mengandaikan pengalaman individu baik dimasa kini maupun dimasa lampau, baik situasi individunya maupun situasi sosialnya. Psikoanalisa pada hakikatnya merupakan sebuah teori kepribadian. Teori kepribadian menurut Freud, menyangkut tiga hal:
1)        Struktur kepribadian
      Id
Id adalah system kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan.id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id bersifat tidak logis , amoral, dan disorong oleh suatu kepentingan: memuaskan kebutuhan –kebutuhan naluriah,
Id adalah sumber segala dorongan; reservasi naluri-naluri. Dengan kata lain id adalah aspek biologis yang merupakan system kepribadian yang asli.
      Ego           
Merupakan Bagian rasional dan dasar dari pikiran, yang membuat keputusan dan berhadapan dengan realitas dunia luar. Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia kenyataan.
Secara teoretis, ego lebih mudah menghadapi bahaya-bahaya eksternal daripada bahaya-bahaya internal. Bahaya eksternal dihadapi dengan cara menghindar, sementara bahaya internal tidaklah mungkin ditangani dengangan cara demikian. Guna melindungi organisme yang mudah menjadi rusak sebagai akibat pemenuhan atau bahkan kesadaran terhadap dorongan-dorongan internal ini, suatu ego dikembangkan dengan beragam pertahanan.
      Super ego
Merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat yang ada di dalam kepribadian individu. Super ego juga merupakan “moral” (conscience), gudang peraturan dan larangan berkenaan dengan yang harus anda lakukan dan tidak anda lakukan. Sikap yang dimiliki seseorang dalam super ego sebagian besar merupakan internalisasi dari sikap orang tuanya
2)        Dinamika kepribadian
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energy psikis itu didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena julah energy terbatas, maka terjadi semacam persaingan dalam menggunakan energy tersebut.

3)        Perkembangan kepribadian
Kepribadian berkembang sehubungan dengan empat macam pokok sebagai sumber ketegangan, yaitu: proses pertumbuhan fisiologis (kedewasaan), Fermustasi, Konflik, dan Ancaman.

                        Perekembangan kepribadian anak mempunyai tingkatan yang berbeda-beda dari sejak lahir sampai berumur 5 tahun, adalah merupakan periode dasar yang masih belum stabil, maju meningkat pada masa pemuda dan menuju ketenangan pada masa dewasa.
Fase-fase perkembangan tersebut adalah:
1.      Fase oral (0-1 tahun)  pada fase ini mulut merupakan daerah pokok dari pada aktivitas dinamis
2.      Fase anal (1-3 tahun) pada fase ini kateksis dan anti kateksis berpusat pada anal (pembuangan kotoran)
3.      Fase Phallis (3-5 tahun) pada fase ini alat kelamin merupkan daerah erogen terpenting
4.      Fase latent (5-13 tahun) pada fase ini implus-implus cenderung untuk ada dalam keadaan tertekan
5.      Fase pubertas (12-20 tahun) Pada fase ini menonjol dan membawa aktivitas dinamis kembali.
6.      Fase geital (20-keatas) Pada fase ini individu telah berubah dari mengejar kenikmatan, menjadi orang dewasa yang telah disosialisasikan dengan realitas.

2)      Hakekat Manusia
1.    Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
2.    Sebagian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak di sadari.
3.   Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah di peroleh sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan dirinya.
4.   Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangang, menolak dan kesakitan dan mencari kenikmatan.









3)   Hakekat Konseling
  Freud dalam pendapatnya menyatakan bahwa konseling merupakan proses membantu individu untuk menyadari ketidaksadarannya, dengan kata lain agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampumemilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego.Seperti diketahui secara umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikonanalisa hakikat konseling adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih realistik dan rasional. Freud menganggap bahwa seseorang yang telah dapat menyadari dengan sendirinya akan dapat mengembangkan tingkah laku yang sesuai yakni tingkah laku yang sesuai dan dapat diterima secara sosial. Dalam proses konseling belajar yakni mengenali bahwa dalam dirinya ada resistensi emosional yang kuat. Proses konseling mementingkan faktor afektif serta penekanannya terletak pada faktor interpersonal.
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam proses konseling, yaitu:
1.   Kontrak dan mengatur teknik. Didalam kontrak dan mengatur teknik ini lebih mengarah bagaiamanseorang konselor mampu membuat kesepakatan-kesepakatan dengan klien, baik dari sisi batasan waktu untuk memulai dan mengakhiri, cara menghadapai klien serta bagaimana konselor mampu membuat kondisi klien nyaman namun tidak menyebabkan kecanduan (addict).
2.   Fase pembukaan analitik Dalam fase ini merupakan fase dimana seorang konselor dituntutuntuk mampu mengungkapkan permasalahnnya, sehingga dalam analisisnya konselor mampu membedakan klien yang menunjukkan gejala histeria atau obsesi klien yang mengalami kelainan tingkah laku. Selain daripada itu didalam konseling juga terdapat teknik-teknik untuk intervensi konseling. 

4)  Tujuan Konseling
            Tujuan konseling pendekatan psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling dititik beratkan pada usaha konselor agar konseli dapat menghayati, memahami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama antara umur 2-5 tahun. Pengalaman-pengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian konseli dapat direkontruksi kembali.
Jadi penekanan konseling adalah pada aspek afektif sebagai pokok pangkal munculnya ketidaksadaran manusia. Sudah barang tentu tilikan kognitif tetap diperhatikan, akan tetapi tidak sepenting aspek afektif.

5) Karakteristik
      - Anti rasionalisme
      - Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar, konflik dan simbolisme
-  Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif, sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke arah dorongan tadi. Libido atau eros mendorong manusia ke arah pencarian kesenangan, sebagai lawan lawan dari Thanatos
- Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya.
- Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan proses mental yang berciri biasa.

6) Peran dan Fungsi Konselor
-   Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal oleh konseli.
-   Sedikit bicara tentang dirinya dan jarang sekali menunjukkan reaksi pribadinya.
-   Konselor membuat suatu hubungan kerja dengan konseli.
-  Konselor mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran terhadap pernyataan konseling.
-   Konselor memberikan perhatian terhadap keadaan resistensi konseli yaitu suatu keadaan dimana konseli melindungi suatu perasaan, trauma, dan kegagalan konseli terhadap konselor
-   Mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran konseli yang dilindungi dengan cara transferensi.

7) Hubungan Konselor Dengan Klien
·         Kontertrafensi (istilah yang mengacu pada kebutuhan konflik yang belum terpecahkan dan reaksi irasional yang konselor miliki kearah yang sedang ditanganinya).
·         Apabila konselor berhasil mengelola secara positif transferensi klien dan mengontrol kemungkinan adanya kontertraferensinya.
·         Konselor netral/anonim dan klien mengembangkan proyeksi kepada konselor. Pusatnya pada mengurangi resistensi dan mengembangkan tranferensi.


8) Tahap Konseling
1.   Tahap pembukaan Tahap ini terjadi pada permulaan interview hingga masalah klien di tetapakan.
2.    Pengembangan tranferensi
Perkembangan dan analisis transferensi merupakan inti dalam psikoanalisis. Pada fase ini perasaan klien mulai di tunjukan kepada konselor, yang di anggap sebagai orang yang telah menguasainya di masa lalunya.
3.    Bekerja melalui transferensi
Tahap ini mencakup mendalami pemecahan dan pengertian klien sebagi orang yang terus melakukan transferensi. Tahap ini dapat tumpang tindih dengan tahap sebelumnya, hanya saja transferensi terus berlangsung, dan konselor berusaha memahami tentang dinamika kepribadian kliennya.
4.    Resolusi transferensi
Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neoretik klien yang di tunjukan kepada konselor sepanjang hubungan konseling. Konselor juga mulai mengembangan hubungan yang dapat meningkatkan kemandirian pada klien dan menghindari adanya ketergantungan klien kepada konselornya.
Jika klien dan konselor berkeyakinan bahwa transferensi bekerja terus, konseling dapat di akhiri untuk menghindari klien melawan konselor. Jika hubungan konseling tidak di akhiri maka konselor dapat mengikuti transferensi itu untuk mengembangkan secara objektif sehingga tercapai otonomi klien.



















9) Teknik Konseling
1.         Asosiasi Bebas
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkanpkirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan ataupemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Metode ini adalah metode mengungkapkan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu, klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.

2.         Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis ristensi dan analisis transpsransi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisi, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri.Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.
       
Rambu-rambu Interpretasi:
·            Interpretasi disajikan padasaat gejala yang diinterpretasikan terhubung erat denganhal-hal yang disadari klien.
·            Interpretasi dimulai dari permukaan menuju hal-hal yang dalam (dialami oleh situasi emosional klien).
·            Menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi atau konflik.

3.         Analisis Mimpi
Merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan,menurut kami (pemakalah) “aspek yang membuat klien mimpi itu dikarenakan adanya sistem imunitas pencernaan otak yang membuat orang itu bermimpi dan bisa saja orang itu berimajinasi tinggi sehingga terkontaminasi oleh masalah-masalah pribadinya sehingga terbawa mimpi”.

4.         Analisis dan interpretasi transferensi
Transferensi (pemindahan). Transferensi muncul dengansendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kinidan mereaksikepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya atau siapapun.

Tujuan dari analisis ini adalah sebagai berikut:
·            Klien memperoleh pemahaman atas pengalaman-pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau terhadap kehidupan sekarang.
·            Memungkinkan klien menembus konflik lampau yang dipertahankan hingga sekarang dan menghambat perkembangan emosinya.

5.         Analisis dan Interpretasi resistensi
Resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseoranguntuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.

10)  Kelebihan dan Keterbatasan
Kelebihan
1.      Menggunakan interview sebagai terapi
2.      Pentingnya masa kanak-kanak dalam perkembangan kepribadian
3.      Adanya motivasi yang tidak selamanya disadari
4.      Adanya penyesuaian antara teori dan teknik
Keterbatasan
1.         Terlalu banyak menekankan pada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu
2.         Terlalu meminimalkan rasionalitas
3.         Perilaku hanya ditentukan oleh energy psikis
4.         Penyembuhan dalam psikoanalisanterlalu rasional
5.         Penelitian kurang banyak medukung data

       

       
       


BAB 3
PENUTUP

Ø  Kesimpulan
Psikoanalisa berkembang dari ilmu kedokteran dan konsepnya dipakai tidak haya dalam bidang psikologi tetapi juga bidang lain di luar psikologi. Teori Psikoanalisa dari freud dapat berfungsi sebagai 3 macam teori, yaitu teori kepribadian, sebagai teknik analisa kepribadian, sebagai metode terapi ( penyembuan).
Pada dasarnya psikoanalisa yaitu pendekatan yang membahas kepribadian. Dalam tiga aspek yaitu: Struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego, superego. Aspek kedua yaitu dinamika kepribadian, serta yang ketiga perkembangan kepribadian.

Daftar pustaka
-          Breman, james F. 2006. Sejarah dan sisem psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafndo Persada.
-           Suryabrata, S. (2000). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
-           Bertens, K. (2006). Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
-           Moore dan Fine. (1968). a Glossary of Psychoanalytic Terms and Concepts. halaman 78
-           (Inggris) Ciccarelli, S. K., White, N. J. (200). Psychology. New Jersey: Pearson.
-          (Inggris) Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah.
-           Kramer, G.P., et all. (2010). Introduction to Clinical Psychology (7th ed). New Jersey: Pearson.